Senin, 18 April 2011

Berwirausahalah Kawan

Bismillahirrohmanirrohim..
postingan pertama
Maaf, tiada maksud menyinggung siapapun.

Hari ini, kita seringkali melihat ribuan bahkan jutaan orang berlomba-lomba mencari pekerjaan. Tanpa peduli tingkat pendidikan, entah sekedar tamatan sekolah atau sarjana, mereka berjalan kaki kesana-kemari bermodalkan lembaran map di tangan. Berharap ada perusahaan yang tertarik untuk merekrutnya menjadi salah satu pegawainya.

Bukan hal yang salah memang. Tapi pernahkah terpikir di benak mereka, daripada mencari pekerjaan, kenapa tidak menciptakan pekerjaan sendiri?

Berdasarkan data statistik, saat ini di Indonesia hanya ada sekitar 300 ribu orang yang menerjunkan diri menjadi wirausaha. Hanya sekitar 0.18% dari jumlah seluruh penduduknya. Padahal, suatu negara dikatakan ideal jika minimal 2% dari penduduknya adalah wirausaha. Dalam kasus ini, minimal harus ada 4 juta orang Indonesia yang berprofesi sebagai wirausaha. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang pada tahun 2007, 11.5% penduduknya adalah wirausaha. Atau Singapura yang memiliki 7.2% wirausaha pada tahun 2005.

Wirausaha atau entrepreneur, memang suatu hal yang setidaknya harus ada dalam diri setiap manusia, sama halnya dengan leadership dan manajemen. Menurut kamus encarta, entrepreneur diartikan sebagai “risk-taking businessperson: somebody who initiates or finances new commercial enterprises”. Silahkan terjemahkan sendiri apa arti entrepreneur menurut pemahaman kita masing-masing.

Kenapa kita harus berwirausaha, atau setidaknya memiliki jiwa wirausaha? Jelas, karena dengan wirausaha, kita memiliki otoritas penuh untuk mengatur segala sesuatunya. Tidak perlu terikat jam kerja. Tidak perlu takut dimarahi atasan. Bebas mengatur kapan kita kemana dan kapan kita akan melakukan apa. Serta membangun jaringan dengan banyak kolega.

Wirausaha tidak digaji oleh atasan, ia digaji oleh dirinya sendiri. Wirausaha juga tidak perlu takut dipecat, karena hanya dia yang berhak memecat dirinya sendiri. Dan yang paling penting, tak perlu khawatir dengan ancaman krisis global atau apalah krisis ekonomi lainnya, karena wirausaha mampu berdikari, BERDIRI DI ATAS KAKI SENDIRI.

Jangan pernah lupa, wirausaha berarti telah membantu Ibu Pertiwi bangkit dari keterpurukannya. Dengan wirausaha, otomatis kita perlu merekrut tenaga kerja. Dan ini berarti, membuka lapangan pekerjaan baru dan mengurangi pengangguran atau mengurangi beban negara untuk bikin lowongan PNS yang memang diakui oleh pemerintah untuk membantu mengurangi pengangguran.

Dengan wirausaha, otomatis kita telah memutar roda perekonomian, memutar uang. Menarik uang dari masyarakat, memutarnya untuk modal, mengembalikannya kepada masyarakat. Karena sebaik-baik uang adalah uang yang beredar di masyarakat, bukan uang yang didiamkan dan disimpan untuk waktu lama.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, ketika kita berwirausaha, jangan langsung berpikir bahwa uang jutaan rupiah akan hadir di hadapan kita. Oke, hari ini kita telah banyak melihat para wirausahawan yang berpenghasilan ratusan juta rupiah per bulan. Tapi kalau kita menilik kembali ke langkah awal perjalanan mereka, bukankah dulunya mereka juga hanya berpenghasilan puluhan ribu atau bahkan hanya ribuan rupiah? Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang merugi pada awalnya? Ingatlah, segala sesuatu ada tahapannya, laksana kaki gunung yang kita naiki sedikit demi sedikit, hingga kita akan mendapatkan pemandangan indah pada puncaknya.

Hal lain yang perlu diperhatikan, ketika mendengar kata wirausaha, tidak perlu berpikir tentang usaha yang muluk-muluk. Membuat perusahaan, jelas itu yang konvensional. Tapi dengan menjadi konsultan, freelance, distributor, pedagang atau apapun yang mampu menghasilkan rezeki, itu sudah termasuk wirausaha. Dan yang terpenting, sekali lagi, semua ada tahapannya.

Kembali ke bahasan awal, negara ini kekurangan wirausaha. Jadi, apakah kita bersedia untuk menambah jumlah wirausaha di negara ini?

Ada satu hal lagi yang patut disampaikan. Yaitu adalah hegemoni Indonesia di kancah dunia Internasional, yang sampai hari ini mungkin masih dipandang sebelah mata. Kita tahu, perusahaan-perusahaan besar dunia semuanya berada di tangan bangsa asing. Sementara bangsa Indonesia hanya mampu berlomba-lomba menjadi salah satu pegawainya.

Apakah itu salah? Tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Tapi akan lebih baik lagi jika situasi berbalik: Perusahaan tersebut dipimpin oleh orang Indonesia, mempekerjakan sebagian besar orang Indonesia, dan menjual produk-produknya di luar negeri!

Danone. Salah satu pemilik perusahaan air minum. Mata air itu, berada di bumi Indonesia. Tapi mengapa, sebagian besar keuntungannya lari ke sana?

Exxon. Bergerak di bidang pertambangan. Kilang minyaknya, berada di tanah air Indonesia. Tapi mengapa, keuntungannya juga lari ke sana?

IBM. Bergerak di bidang jaringan. Pasar terbesarnya di asia, karyawanya banyak dari Indonesia, tapi mengapa keuntunganya bukan untuk negara kita melainkan untuk negara asing?

Negara ini sudah banyak dijajah. Negara ini sudah banyak dibodohi. Ditambah lagi dengan penduduknya yang merasa bangga jika mampu menjadi pegawai untuk perusahaan asing. Tidak terpikir niat untuk membangun perusahaan sendiri dan mampu mengalahkan perusahaan asing. Ditambah parah dengan sikap bangsa kita dimana pertanyaan pertama untuk orang yang baru lulus adalah “KERJA DIMANA”. Padahal di amerika pertanyaan untuk orang yang baru lulus adalah “Sedang USAHA APA” atau "Sedang Sibuk apa".

Berterima kasihlah kepada mereka, anak-anak pribumi yang telah berwirausaha. Yang tidak terpengaruh ekonomi global dalam menjalankan bisnisnya. Yang telah berjasa memutar roda perekonomian masyarakat. Yang tetap tegar berdiri dihantam badai krisis. Yang telah berbuat sesuatu bagi Ibu Pertiwi.Berterimakasih dengan belilah produk mereka, membeli satu produk mereka tidak membuat anda miskin, tapi pengaruhnya terhadap sang wirausaha sangat besar, semangatnya akan terlecut.

Wirausaha itu bagaikan hidayah. Ia ada di dalam diri setiap manusia, hanya seringkali masih tertutupi oleh selubung-selubung yang membuatnya merasa nyaman dengan situasi yang ada. Ia bisa hadir dengan sendirinya, atau hadir ketika dipicu oleh suatu pemantik untuk membuka selubungnya.

Saudaraku, mendapat uang yang banyak tapi hanya untuk diri kita yang menikmati adalah hal biasa, tapi penghasilan yang sedikit namun bisa menikmati bersama orang lain (dalam hal ini karyawan kita) adalah kebanggaan yang indah.

Dan jangan pernah berlindung dibalik kata-kata “GAK ADA MODAL”, karena kamus itu gak pernah ada dalam jiwa entepreneur. Kalau kita punya konsep usaha yang jelas, maka investor akan antri modalin kita. Saya sudah buktikan. Modal yang besar karena khayalan kita bahwa bisnis harus milyaran, harus untung jutaan, dsb. Padahal namanya awal-awal merintis, gak rugi aja uda syukur bgt.

Chairul Tanjung bos Trans Corp mengatakan dalam sebuah seminar, mencari 100 ribu pertama JAUH Lebih sulit daripada 100 Milyar kedua. Terus terang ini kalimat singkat yang menjadi sebuah semangat saya dalam memulai usaha saya. Beliau juga mengatakan, usaha bisa diwariskan namun jabatan tidak bisa.


Jangan pula berlindung di balik kata ga ada bakat or pengalaman. Namanya pengalaman kalau kita sudah mencoba. Kalau semua orang berlindung dengan kata gak ada bakat or pengalaman, maka gak akan ada sosok bernama Soekarno, Soeharto, SBY dan presiden lain karena sebelumnya kan mereka gak ada pengalaman. Kalau gitu, semua ga ada yang kerja di perusahaan tertentu juga dong, kan belum ada pengalaman??hehe.

Para pengusaha yang sarjana tinggi selalu digempur dengan pertanyaan klasik yang meyakitkan “Buat apa sekolah tinggi-tinggi dan mahal kalau cuma jadi BLA BLA BLA”. Dan harusny para entepreneur dengan gagah menjawab “Kita sekolah untuk bisa melakukan inovasi-inovasi di usaha kita agar orang-orang yang gak sekolah bisa bekerja, bukankah itu intinya guna orang pintar yang sekolah yaitu memperkerjakan or membuat hidup orang-orang yang ga sekolah atau gak pinter lebih berarti? Padahal juga dari BLA BLA BLA inilah perusahaan sekelas Blackberry, Apple dsb lahir.

Hanya ada empat cara yang bisa membuat anda cepat kaya : 
1. Memelihara Tuyul (resiko istri kita harus nete*n itu tuyul setiap hari),
2. Korupsi (resiko duduk manis di KPK),
3.Menjabat jabatan tinggi di sebuah instansi or perusahaan (resiko kaya tapi rambut dah pada putih karena lama dapet posisi itu)
4. yang paling gampang dan cepat adalah jadi pengusaha (resiko banyak wanita cantik yang nempel).

Bukan meremehkan pekerjaan lain saudaraku. Bekerja tetap mulia banget kok, tapi akan sangat mulia kalau bisa membantu orang bekerja dan mencari nafkah dari kepintaran yang kita miliki.

Pada akhirnya, apakah kita bersedia untuk menambah jumlah wirausahawan di negara ini? Ibu Pertiwi tentu akan tersenyum melihat anak-anaknya mampu berdiri di atas kaki sendiri, tidak lagi bermanja-manja dan tidak lagi merengek di ketiak bangsa asing.

Jadi, ucapkan Bismillahirrahmanirrahim. Dengan niat mulia, Insya Allah wirausaha akan menjadi masa depan kita dan giliran orang lain yang berbondong-bondong membawa map mereka ke kita untuk melamar kerja.

Aresdi Mahdi Asyathry, ST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar