Sabtu, 10 September 2011

Indahnya Keragaman

Minal Aidin Wal Faidzin, saya ucapkan kepada semua teman-teman yang merayakan Idul Fitri 1432 H atau yang baru saja kita rayakan pada tanggal 31 Agustus 2011 kemarin. Suasana haru dan gembira dirasakan sebagian besar rakyat Indonesia dimana peristiwa yang biasa disebut lebaran ini bukan lagi merupakan perayaan agama semata, melainkan sudah menjadi sebuah festival besar yang selalu dirayakan dengan meriah.

Dari kue lebaran, baju baru, pembagian THR, konvoi bedug dan takbir, open house sampai petasan / kembang api adalah tradisi yang sudah menjadi tradisi antar waktu. Banyak makna yang dapat dipetik dari suasana lebaran pada setiap tahun nya yaitu indahnya keragaman. Suasana tidak asing lagi jika melihat umat muslim yang sedang khusyuk melakukan ibadah shalat ied, dan para aparat yang berbeda agama setia menjaga di sekitar lokasi tempat sholat ied dilakukan. Lebaran yang berarti juga libur bersama bagi sebagian orang, tetapi tidak melumpuhkan sistem secara total. Supermarker, pom bensin, jalan tol, polisi, rumah sakit, pemadam kebakaran sampai petugas tempat rekreasi tetap buka selama liburan lebaran. Mereka yang beragama lain saling bahu-membahu mengisi kekosongan yang ditinggalkan rekan mereka yang beragama islam yang sedang merayakan Idul Fitri.

Suasana ini pula selalu terjadi pada peristiwa keagamaan lain seperti Natal yang dirayakan umat kristiani. Para pemeluk agama lain kerap bahu-membahu juga menggantikan peran maupun tugas rekan mereka yang sedang merayakan natal. Hal ini yang tidak disadari sebagian masyarakat kita. Perbedaan adalah kekayaan kita. Dengan keragaman kita semakin kaya dan semakin solid. Banyak warna dan nuansa yang selalu timbul dari keragaman tersebut. Peristiwa diatas adalah contoh kecil dari banyaknya peristiwa yang begitu indah yang terjadi karena keragaman.

Aresdi Mahdi Asyathry, ST

Selasa, 09 Agustus 2011

Nazaruddin Mencederai Sportivitas Atlet

Alangkah mirisnya melihat korupsi di negara kita yang tercinta ini. Semakin miris jika melihat lambannya penanganan kasus tiap kasus yang terjadi. Bank Century, Gayus Tambunan hingga Nazaruddin seakan sudah diatur agar kasus-kasus tersebut silih berganti saling menghapus. Korupsi sudah mendarah daging di negara ini, pemimpin tiada berdaya menahan derasnya gelombang malapetaka ini. Korupsi sekarang sudah menjadi berita yang biasa menghiasi media tanah air.

Ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) di Republik Indonesia, saya teringat pelajaran yang diberikan guru olahraga saya yaitu olahraga melatih jiwa sportivitas kita, kalah menang adalah soal biasa dan harus diterima dengan lapang dada. Tidak boleh ada "jiwa curang" di dalam setiap olahragawan karena itu mencederai sifat dan sikap sportivitas yang dijunjung tinggi dalam olahraga.

Namun pelajaran tersebut seakan sudah tidak berlaku lagi di Republik ini. Republik yang mengajarkan saya tentang arti sportivitas sekarang malah menodainya. Adalah bendahara umum Partai terbesar saat ini (Partai Demokrat) yang melakukan nya. Dalam proyek wisma atlet di Sumatra Selatan drama korupsi itu terjadi. Wisma yang dibangun untuk para insan-insan olahragawan yang menjunjung tinggi nilai kejujuran dan sportivitas kini harus mengakui bahwa wisma itu adalah tempat berkumpulnya para pembohong besar. Wisma yang awalnya diharapkan menjadi tempat yang sejuk buat para olahragawan kini berhawa panas oleh tindakan ketidakjujuran para koruptor yang membangunnya. Sangat menyedihkan, atlet kita secara tidak langsung diajarkan untuk tidak jujur juga dalam berolahraga dan berprestasi. Tidak heran jika semakin hari, makin banyak berita atlet kita yang terlibat pengaturan score, doping atau perjudian karena memang para pemimpin bangsa ini yang lebih dahulu mengajarkan hal seperti itu.

Turut berduka cita untuk republik ini, dan turut prihatin untuk olahraga Indonesia. Terus berjuang para pahlawan olahraga Indonesia, kami rakyat Indonesia selalu setia menunggu prestasi terbaik mu. Kami menunggu souvenir kalian berupa Prestasi.

Aresdi Mahdi Asyathry, ST

Jumat, 06 Mei 2011

4 Jam di Kantor Polda DKI Jakarta

Jumat, 6 Mei 2011, saya hendak menceritakan sedikit pengalaman saat berada di Kantor Polda DKI Jakarta atau kantor SAMSAT Jakarta Selatan di dekat Jembatan Semanggi (kebetulan kantornya bareng). Saya ke berniat ke kantor Samsat karena BPKB motor saya hilang. Ketika masuk kantor, tas saya diperiksa petugas dengan detektor dimana bertujuan untuk mengetahui apakah saya membawa benda mencurigakan atau tidak, menurut saya sangat aneh dikarenakan 2 minggu sebelumnya saya kesana, ketika mengambil tiket langsung masuk saja, saya berpikir apakah ini disebabkan peristiwa meledaknya bom di Masjid Adz-Dzikra MAPOLRES Cirebon beberapa waktu lalu yang melukai KAPOLRES? kalau iya alasannya seperti itu, alangkah mengerikan sekali tinggal di republik ini, tunggu ada kejadian dulu baru semua diperketat.
Lanjut ke proses selanjutnya dimana saya harus uji fisik kendaraan, disana proses cepat sekali karena samsat menyediakan banyak personil untuk proses cek fisik, namun ketika selesai cek fisik, petugas di lapangan berkata "minta uang sekedarnya pak, buat rokok", ya TERPAKSA saya kasih dengan SANGAT TIDAK IKHLAS, sangat menyedihkan karena kinerja dan citra polisi yang berangsur membaik harus rusak oleh oknum-oknum lapangan seperti ini.
Lanjut ke proses registrasi di loket, saya menunggu lama sehingga saya jalan-jalan keliling Polda, saya tercengang melihat banyak sekali pemancar TV Berlangganan di hampir setiap ruangan, saya berpikir bukannya bekerja di kantor itu murni untuk bekerja yah? bukannya pajak kendaraan bermotor kita digunakan juga untuk menggaji para Polisi Yang terhormat untuk bekerja pada jam kerjanya, bukan untuk menonton? jika itu alasanya untuk mengisi waktu pada jam istirahat, apa efisien membayar televisi berlangganan untuk dipakai hanya waktu istirahat?
Dan hal yang paling menyedihkan, selama 4 jam saya berada di POLDA METRO JAYA, saya kerap menjumpai polisi berbadan gemuk dan bongsor, hati saya bertanya apakah mereka semua masih efektif dan kuat mengejar penjahat atau maling? semoga argumen saya salah semua dan Polisi Republik Indonesia masih selalu membanggakan di mata Rakyat Indonesia.  Semua proses selesai, saya pulang kerumah, namun dihadang Kemacetan parah karena peserta KTT ASEAN akan lewat. Benar-benar hari yang melelahkan.

Aresdi Mahdi Asyathry, ST

Rabu, 27 April 2011

Salut Kepada Chevron (Media Indonesia 16 April 2008)

SAYA adalah salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada Jurusan Teknik Fisika Angkatan 2005 yang beruntung mendapat kesempatan kerja praktik di PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang berlokasi di Rumbai, Pekanbaru, Riau, untuk periode 19 Februari- 18 Maret 2008. Awalnya saya hanya coba-coba melamar untuk dapat mengikuti kerja praktik sebagai mata kuliah wajib di PT CPI, salah satu perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia. Saya ingin mendapat pengalaman baru mengingat hampir semua teman-teman saya melamar ke perusahaan dalam negeri untuk mendaftar kerja praktek.

Waktu terus bergulir, mimpi akhirnya menjadi kenyataan setelah dihubungi pihak Chevron bahwa saya diterima kerja praktik di sana. Perasaan senang bercampur rasa takut dan waswas mengingat nama besar sebuah perusahaan biasanya sejalan tingkat arogansi karyawan juga besar. Dengan keyakinan dan doa orang-orang terdekat, saya beranikan diri berangkat sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. 

Ketika sampai di PT Chevron Pasific Indonesia, Rumbai, ketakutan saya ternyata tidak beralasan, terbukti ketika mulai bertemu dengan orang-orang dan lingkungan yang ramah. Perusahaan asing itu justru menyediakan tempat khusus untuk para mahasiswa/i yang akan mengikuti kerja praktik yang bernama practical training centre. Saya terkejut bercampur senang ketika bagian HRD mengumumkan keperluan mahasiswa dari penginapan, makan, transportasi, pencucian pakaian, tiket PP, dan berbagai fasilitas lainnya ditanggung oleh perusahaan. Hal yang ironis justru tidak didapat sejumlah teman-teman saya yang jelas-jelas mendapatkan kesempatan kerja praktek di perusahaan dalam negeri yang seharusnya lebih ‘peduli’ terhadap anak bangsa. Kekaguman saya tidak sampai di sana saja, suasana kerja, disiplin tepat waktu, dan tidak ada satu pun karyawan yang memanfaatkan waktunya untuk keperluan pribadi, seperti baca koran dan ngobrol. Setiap berpapasan dengan siapa saja, selalu disapa terlebih dahulu dengan senyum yang hangat. Sepulang kerja praktek, saya selalu menyempatkan bermain bola bersama tanpa terasa ada perbedaan status di antara kami.
Keselamatan kerja menjadi hal yang sangat 'tabu' untuk dilanggar, sampai-sampai perusahaan menyediakan departemen khusus yang menangani keselamatan kerja.Saya bahkan hampir terkena sanksi ketika menaiki tangga tanpa berpegangan dengan pegangan tangga. Hal tersebut semaki mengindikasikan keselamatan sangat penting bagi mereka.

Saya juga diberi souvenir kaus dan buku agenda yang eksklusif beserta uang transportasi untuk pulang ke Yogyakarta, asal kampus saya, Universitas Gadjah Mada. Satu bulan yang diberikan terasa sangat kurang jika mengingat suasana yang begitu hangat dan sulit terlupakan. Saya jadi ingin berlama-lama, tetapi perusahaan sangat ketat membatasi dengan pertimbangan untuk tetap ingin memberi kesempatan yang lebih luas kepada mahasiswa lain untuk menggali ilmu di sana. Ketika berpamitan pulang pada bagian HRD, saya justru merasa kehilangan suasana kerja yang demikian indah. Tiada kata yang dapat terucap selain kekaguman atas perhatian perusahaan yang berasal dari negara Amerika Serikat yang notabene sering menjadi sasaran demonstrasi teman-teman mahasiswa. 

"Dalam kapasitas saya sebagai mahasiswa, saya sangat bangga mendapat kesempatan yang sangat jarang ini, tetapi sebagai kapasitas saya sebagai bangsa Indonesia, saya sangat malu karena yang membantu proses belajar saya adalah bukan perusahaan anak bangsa". Saya jadi berpikir, mengapa begitu banyak BUMN dalam negeri yang dibiayai dengan uang rakyat, terkesan "kurang peduli" dan sungguh- sungguh' dalam upaya membantu para mahasiswa untuk memperlancar kuliah mereka? Toh mereka adalah juga aset masa depan bangsa yang pada gilirannya, mau tak mau memikul tanggung jawab kebesaran negara yang kita cintai. Andaikata diberikan kesempatan sekalipun, fasilitas yang didapat hanya sebatas penginapan. Padahal, perusahaan-perusahaan yang dikunjungi, biasanya berada di tempat yang jauh dan memerlukan biaya transportasi yang besar dan itu luput dari perhatian BUMN atau perusahaan dalam negeri yang menerima kerja praktek.

Terima kasihku yang tulus buat PT CPI dan semoga bantuan ini akan sangat berarti dalam upaya membangun bangsa kami di kemudian hari. (Dimuat di Media Indonesia dan Rumbai Post 16 April 2009. Dibaca langsung oleh Presiden Direktur PT Chevron Pasific Indonesia dan President Director Chevron USA)

Aresdi Mahdi Asyathry, ST

Senin, 25 April 2011

HATTRICK Sang Arifinto, Politikus PKS

Hanya bisa geleng-geleng melihat sepak terjang awak-awak Partai Keadilan Sejahtera menghiasi layar kaca maupun surat kabar Nasional. Dari kasus istri kadernya yang hilang ingatan tiba-tiba ketika akan diperiksa KPK, bersambung kasus sang kader yang bersalaman dengan bukan muhrimnya (istri Barrack Obama), bersambung ke mantan deklarator yang membongkar masalah internal Partai, bersambung ke Anggota DPR dr PKS yang kedapatan nonton film porno ketika sedang sidang paripurna dan terakhir insiden penginjakan bendera merah putih ketika perayaan milad PKS di Tasikmalaya baru-baru ini.

Dari semua fenomena tersebut, menarik untuk dicermati adalah fenomena dari Sang Arifinto. Politisi ini telah mencetak HATTRICK dalam hal "MENAMPAR" partai yang membesarkannya yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Hattrick adalah istilah yang biasa digunakan dalam dunia sepakbola yang menandakan seorang pemain telah menciptakan 3 gol dalam satu pertandingan. Hal ini juga bisa dikaitkan dengan Arifinto yang dalam waktu tidak sampai 2 menit, menampar 3 kali sekaligus Partai tempat dia berasal.

Pertama Sang Arifinto Menonton video porno saat sidang paripurna dimana saat itu dia mewakili fraksi partainya. Kedua, dia menonton tanpa beban serasa lupa bahwa dia berasal dari partai yang berada paling depan dalam pengesahan RUU antipornografi. Dan ketiga atau dosa terbesarnya bagi PKS adalah dia secara tidak langsung menunjukan bahwa program pemblokiran situs porno yang digemborkan Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia ternyata gagal total, bahkan dia bisa mengakses situs porno di dalam lembaga pemerintah yang seharusnya menjadi contoh program pemblokiran situs porno dan sialnya, Menteri Komunikasi dan Informasi RI saat ini adalah kader Partai Keadilan Sejahtera, Tiffatul Sembiring.

Aresdi Mahdi Asyathry, ST

Kamis, 21 April 2011

Kami bangsamu, jangan TEMBAKI kami

Miris, itu yang hanya bisa terucap dari lubuk hati terdalam saya, melihat saudara di kebumen, saudara sesama Bangsa Indonesia yang saya cintai dan banggakan. harus terancam nyawa dan keselamatan nya oleh instansi yang seharusnya melindunginya yaitu Tentara Nasional Indonesia yang biasa kita kenal dengan sebutan TNI.

Bangsa Indonesia yang dikenal dunia dengan keramahan dan proses musyawarahnya malah sekarang menggunakan senjata untuk menegakan sebuah pendapat subjektif. Subjektif karena proses sengketa tanah adalah masalah yang dapat dianggap benar oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Senjata yang notaben dibeli atas pajak rakyat, justru digunakan untuk melukai rakyatnya sendiri yang harusanya digunakan untuk melindungi rakyat.

Jika tindakan tersebut dianggap sebagai peredam aksi warga yang semakin beringas, bukan nya sudah menjadi hukum alam jika ada ASAP, pasti ada API nya.  Lantas mengapa kita sibuk menjelaskan yang terjadi sekarang tanpa memperdulikan mengapa warga menjadi lepas kendali? Saya sebagai orang awam melihat dalam sudut pandang saya bahwa adanya ketidakpuasan warga akan pendekatan TNI sebelum terjadinya bentrok yang membuat warga menjadi lepas kontrol. Bukan nya TNI juga pengayom masyarakat yang harus selalu mengayomi dengan sabar masyarakat sipil?

Dengan tegas Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Wiryantoro kepada Tempo, Ahad, 17 April 2011 mengatakan bahwa penyerangan sesuai prosedur, namun sedikit saya katakan dan berpesan kepada Pak Panglima TNI, "mengapa jika rakyat anda beringas, pasukan anda SANGAT berani mengambil tindakan untuk menembak, namun tidak kepada para penjarah ikan kita dari Malaysia yang jelas-jelas masuk wilayah kita tanpa izin dan mencuri hasil ikan kita". Anda dan pasukan anda yang bisa menjawab.. dan satu lagi yang jelas, saya semakin takut berada di Indonesia yang saya cintai, karena TNI yang saya banggakan, tidak lagi melindungi kami rakyat Indonesia. Menyedihkan!!

sumber

Aresdi Mahdi Asyathry, ST

Senin, 18 April 2011

Berwirausahalah Kawan

Bismillahirrohmanirrohim..
postingan pertama
Maaf, tiada maksud menyinggung siapapun.

Hari ini, kita seringkali melihat ribuan bahkan jutaan orang berlomba-lomba mencari pekerjaan. Tanpa peduli tingkat pendidikan, entah sekedar tamatan sekolah atau sarjana, mereka berjalan kaki kesana-kemari bermodalkan lembaran map di tangan. Berharap ada perusahaan yang tertarik untuk merekrutnya menjadi salah satu pegawainya.

Bukan hal yang salah memang. Tapi pernahkah terpikir di benak mereka, daripada mencari pekerjaan, kenapa tidak menciptakan pekerjaan sendiri?

Berdasarkan data statistik, saat ini di Indonesia hanya ada sekitar 300 ribu orang yang menerjunkan diri menjadi wirausaha. Hanya sekitar 0.18% dari jumlah seluruh penduduknya. Padahal, suatu negara dikatakan ideal jika minimal 2% dari penduduknya adalah wirausaha. Dalam kasus ini, minimal harus ada 4 juta orang Indonesia yang berprofesi sebagai wirausaha. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang pada tahun 2007, 11.5% penduduknya adalah wirausaha. Atau Singapura yang memiliki 7.2% wirausaha pada tahun 2005.

Wirausaha atau entrepreneur, memang suatu hal yang setidaknya harus ada dalam diri setiap manusia, sama halnya dengan leadership dan manajemen. Menurut kamus encarta, entrepreneur diartikan sebagai “risk-taking businessperson: somebody who initiates or finances new commercial enterprises”. Silahkan terjemahkan sendiri apa arti entrepreneur menurut pemahaman kita masing-masing.

Kenapa kita harus berwirausaha, atau setidaknya memiliki jiwa wirausaha? Jelas, karena dengan wirausaha, kita memiliki otoritas penuh untuk mengatur segala sesuatunya. Tidak perlu terikat jam kerja. Tidak perlu takut dimarahi atasan. Bebas mengatur kapan kita kemana dan kapan kita akan melakukan apa. Serta membangun jaringan dengan banyak kolega.

Wirausaha tidak digaji oleh atasan, ia digaji oleh dirinya sendiri. Wirausaha juga tidak perlu takut dipecat, karena hanya dia yang berhak memecat dirinya sendiri. Dan yang paling penting, tak perlu khawatir dengan ancaman krisis global atau apalah krisis ekonomi lainnya, karena wirausaha mampu berdikari, BERDIRI DI ATAS KAKI SENDIRI.

Jangan pernah lupa, wirausaha berarti telah membantu Ibu Pertiwi bangkit dari keterpurukannya. Dengan wirausaha, otomatis kita perlu merekrut tenaga kerja. Dan ini berarti, membuka lapangan pekerjaan baru dan mengurangi pengangguran atau mengurangi beban negara untuk bikin lowongan PNS yang memang diakui oleh pemerintah untuk membantu mengurangi pengangguran.

Dengan wirausaha, otomatis kita telah memutar roda perekonomian, memutar uang. Menarik uang dari masyarakat, memutarnya untuk modal, mengembalikannya kepada masyarakat. Karena sebaik-baik uang adalah uang yang beredar di masyarakat, bukan uang yang didiamkan dan disimpan untuk waktu lama.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, ketika kita berwirausaha, jangan langsung berpikir bahwa uang jutaan rupiah akan hadir di hadapan kita. Oke, hari ini kita telah banyak melihat para wirausahawan yang berpenghasilan ratusan juta rupiah per bulan. Tapi kalau kita menilik kembali ke langkah awal perjalanan mereka, bukankah dulunya mereka juga hanya berpenghasilan puluhan ribu atau bahkan hanya ribuan rupiah? Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang merugi pada awalnya? Ingatlah, segala sesuatu ada tahapannya, laksana kaki gunung yang kita naiki sedikit demi sedikit, hingga kita akan mendapatkan pemandangan indah pada puncaknya.

Hal lain yang perlu diperhatikan, ketika mendengar kata wirausaha, tidak perlu berpikir tentang usaha yang muluk-muluk. Membuat perusahaan, jelas itu yang konvensional. Tapi dengan menjadi konsultan, freelance, distributor, pedagang atau apapun yang mampu menghasilkan rezeki, itu sudah termasuk wirausaha. Dan yang terpenting, sekali lagi, semua ada tahapannya.

Kembali ke bahasan awal, negara ini kekurangan wirausaha. Jadi, apakah kita bersedia untuk menambah jumlah wirausaha di negara ini?

Ada satu hal lagi yang patut disampaikan. Yaitu adalah hegemoni Indonesia di kancah dunia Internasional, yang sampai hari ini mungkin masih dipandang sebelah mata. Kita tahu, perusahaan-perusahaan besar dunia semuanya berada di tangan bangsa asing. Sementara bangsa Indonesia hanya mampu berlomba-lomba menjadi salah satu pegawainya.

Apakah itu salah? Tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Tapi akan lebih baik lagi jika situasi berbalik: Perusahaan tersebut dipimpin oleh orang Indonesia, mempekerjakan sebagian besar orang Indonesia, dan menjual produk-produknya di luar negeri!

Danone. Salah satu pemilik perusahaan air minum. Mata air itu, berada di bumi Indonesia. Tapi mengapa, sebagian besar keuntungannya lari ke sana?

Exxon. Bergerak di bidang pertambangan. Kilang minyaknya, berada di tanah air Indonesia. Tapi mengapa, keuntungannya juga lari ke sana?

IBM. Bergerak di bidang jaringan. Pasar terbesarnya di asia, karyawanya banyak dari Indonesia, tapi mengapa keuntunganya bukan untuk negara kita melainkan untuk negara asing?

Negara ini sudah banyak dijajah. Negara ini sudah banyak dibodohi. Ditambah lagi dengan penduduknya yang merasa bangga jika mampu menjadi pegawai untuk perusahaan asing. Tidak terpikir niat untuk membangun perusahaan sendiri dan mampu mengalahkan perusahaan asing. Ditambah parah dengan sikap bangsa kita dimana pertanyaan pertama untuk orang yang baru lulus adalah “KERJA DIMANA”. Padahal di amerika pertanyaan untuk orang yang baru lulus adalah “Sedang USAHA APA” atau "Sedang Sibuk apa".

Berterima kasihlah kepada mereka, anak-anak pribumi yang telah berwirausaha. Yang tidak terpengaruh ekonomi global dalam menjalankan bisnisnya. Yang telah berjasa memutar roda perekonomian masyarakat. Yang tetap tegar berdiri dihantam badai krisis. Yang telah berbuat sesuatu bagi Ibu Pertiwi.Berterimakasih dengan belilah produk mereka, membeli satu produk mereka tidak membuat anda miskin, tapi pengaruhnya terhadap sang wirausaha sangat besar, semangatnya akan terlecut.

Wirausaha itu bagaikan hidayah. Ia ada di dalam diri setiap manusia, hanya seringkali masih tertutupi oleh selubung-selubung yang membuatnya merasa nyaman dengan situasi yang ada. Ia bisa hadir dengan sendirinya, atau hadir ketika dipicu oleh suatu pemantik untuk membuka selubungnya.

Saudaraku, mendapat uang yang banyak tapi hanya untuk diri kita yang menikmati adalah hal biasa, tapi penghasilan yang sedikit namun bisa menikmati bersama orang lain (dalam hal ini karyawan kita) adalah kebanggaan yang indah.

Dan jangan pernah berlindung dibalik kata-kata “GAK ADA MODAL”, karena kamus itu gak pernah ada dalam jiwa entepreneur. Kalau kita punya konsep usaha yang jelas, maka investor akan antri modalin kita. Saya sudah buktikan. Modal yang besar karena khayalan kita bahwa bisnis harus milyaran, harus untung jutaan, dsb. Padahal namanya awal-awal merintis, gak rugi aja uda syukur bgt.

Chairul Tanjung bos Trans Corp mengatakan dalam sebuah seminar, mencari 100 ribu pertama JAUH Lebih sulit daripada 100 Milyar kedua. Terus terang ini kalimat singkat yang menjadi sebuah semangat saya dalam memulai usaha saya. Beliau juga mengatakan, usaha bisa diwariskan namun jabatan tidak bisa.


Jangan pula berlindung di balik kata ga ada bakat or pengalaman. Namanya pengalaman kalau kita sudah mencoba. Kalau semua orang berlindung dengan kata gak ada bakat or pengalaman, maka gak akan ada sosok bernama Soekarno, Soeharto, SBY dan presiden lain karena sebelumnya kan mereka gak ada pengalaman. Kalau gitu, semua ga ada yang kerja di perusahaan tertentu juga dong, kan belum ada pengalaman??hehe.

Para pengusaha yang sarjana tinggi selalu digempur dengan pertanyaan klasik yang meyakitkan “Buat apa sekolah tinggi-tinggi dan mahal kalau cuma jadi BLA BLA BLA”. Dan harusny para entepreneur dengan gagah menjawab “Kita sekolah untuk bisa melakukan inovasi-inovasi di usaha kita agar orang-orang yang gak sekolah bisa bekerja, bukankah itu intinya guna orang pintar yang sekolah yaitu memperkerjakan or membuat hidup orang-orang yang ga sekolah atau gak pinter lebih berarti? Padahal juga dari BLA BLA BLA inilah perusahaan sekelas Blackberry, Apple dsb lahir.

Hanya ada empat cara yang bisa membuat anda cepat kaya : 
1. Memelihara Tuyul (resiko istri kita harus nete*n itu tuyul setiap hari),
2. Korupsi (resiko duduk manis di KPK),
3.Menjabat jabatan tinggi di sebuah instansi or perusahaan (resiko kaya tapi rambut dah pada putih karena lama dapet posisi itu)
4. yang paling gampang dan cepat adalah jadi pengusaha (resiko banyak wanita cantik yang nempel).

Bukan meremehkan pekerjaan lain saudaraku. Bekerja tetap mulia banget kok, tapi akan sangat mulia kalau bisa membantu orang bekerja dan mencari nafkah dari kepintaran yang kita miliki.

Pada akhirnya, apakah kita bersedia untuk menambah jumlah wirausahawan di negara ini? Ibu Pertiwi tentu akan tersenyum melihat anak-anaknya mampu berdiri di atas kaki sendiri, tidak lagi bermanja-manja dan tidak lagi merengek di ketiak bangsa asing.

Jadi, ucapkan Bismillahirrahmanirrahim. Dengan niat mulia, Insya Allah wirausaha akan menjadi masa depan kita dan giliran orang lain yang berbondong-bondong membawa map mereka ke kita untuk melamar kerja.

Aresdi Mahdi Asyathry, ST